Laptop Pelajar Kemendikbud: Antara Kebutuhan dan Bahaya Monetisasi - Nasional Tempo

Laptop Pelajar Kemendikbud: Antara Kebutuhan dan Bahaya Monetisasi

TEMPOCO, Jakarta - Rencana pemerintah membeli laptop buatan lokal untuk pelajar ramai diperbincangkan warganet Salah satu yang dipersoalkan adalah spesifikasi laptop berupa sistem operasi Chrome dengan harddisk sebesar 32 gigabita, dengan harga fantastis senilai Rp 10 juta

Adapun spesifikasi minimal yang ditetapkan adalah sebagai berikut
* Memori = 4 GB DDR4
* Monitor = 11 inch LED
* Processor = Core 2, >1,1 GHz, Cache 1 M
* Hard drive = 32 GB
* USB Port = USB 30
* Networking = WLAN Adapter (IEEE 80211ac/b/g/n)
* Audio = Integrated
* Daya = Maksimum 50 watt
* Operating System = Chrome OS
* Device management = Ready to activated Chrome Education upgrade
* Garansi = 1 tahun

Namun, Chromebook ini hanya akan optimal jika terkoneksi dengan internet Bagi Indonesia, kata Doni, ini menjadi tantangan Jangankan daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal, untuk daerah penyangga Jakarta saja kualitas internetnya masih kurang baik "Dan harap diingat, koneksi pakai laptop beda dengan smartphone kebutuhan bandwitdhnya," kata dia

Selain itu, Doni juga mempertanyakan alasan pemerintah menggunakan Chromebook Apalagi Chrome sangat tergantung dengan Google Sadar atau tidak, kata Doni, itu makin membuat Indonesia tergantung dengan asing, ditambah devisa yang larinya keluar

Ada kekhawatiran mengenai ketergantungan dengan Google ini akan dimonetisasi, dan datanya dikasih iklan oleh asing Pasalnya, keterpaparan asing ini lebih rugi ketimbang bicara perangkat

Menurut Doni, untuk meminimalisir monetisasi ini, pemerintah bisa mengoptimalkan cloud lokal Misalnya, data mengenai mata pelajaran disimpan di cloud lokal "Mau akses pakai Windows enggak masalah, Mac sekalipun Kalau Chrome kan semua ke Google, browser Google, aplikasi Google," kata dia

Pemerintah telah menyiapkan anggaran belanja TIK sebesar Rp 3,7 triliun, dengan rincian sebesar Rp 1,3 triliun dari anggaran Kemendikbudristek dan Rp 2,4 triliun dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2021 Pembeliannya juga didorong menggunakan e-Purchasing

Dalam e-Katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), terdapat enam penyedia yang telah memenuhi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) berdasarkan asesmen Kementerian Perindustrian

Enam penyedia tersebut adalah PT Zyrexindo Mandiri Buana, PT Tera Data Indonusa, PT Supertone, PT Evercoss Technology Indonesia, PT Bangga Teknologi Indonesia, dan Acer Manufacturing Indonesia

Laptop merek Zyrex yang diproduksi PT Zyrexindo Mandiri Buana dan telah memiliki TKDN di atas 25 persen paling murah dibanderol dengan harga Rp 5,9 juta, dan paling mahal Rp 6,8 juta

PT Tera Data Indonusa memiliki laptop lokal merek Axioo Laptop dengan Chrome OS paling murah dibanderol dengan harga Rp 6,49 juta dan paling mahal Rp 6,8 juta Kemudian Chromebook yang diproduksi PT Supertone memiliki harga Rp 6,4 juta

Chromebook buatan PT Evercoss Technology Indonesia dibanderol dengan harga Rp 6,8 juta PT Bangga Teknologi Indonesia memiliki chromebook dengan merek ADVAN seharga Rp 6,49 juta Acer Manufacturing Indonesia memiliki chromebook dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 5,9 juta hingga Rp 9,6 juta

Kepala Biro Perencanaan Kemendikbudristek mengaku tidak tahu dari mana angka Rp 10 juta untuk laptop pelajar muncul Pemerintah daerah tidak mesti membeli laptop seharga itu Apalagi, anggaran yang disiapkan pemerintah juga tidak khusus untuk membeli laptop Produk TIK yang akan dibeli antara lain access point, konektor, LCD proyektor, layar proyektor, dan speaker

"Harganya berapa? Ya, tergantung nego dengan vendor di dalam e-Katalog Jadi belanja online," kata Samsuri

Pakar teknologi pendidikan UNJ, Uwes Chaeruman, mengatakan bahwa teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) untk pendidikan adalah kebutuhan "Laptop adalah keniscayaan alias kebutuhan bagi satuan pendidikan, termasuk dimiliki oleh pelajar," kata Uwes

Meski tak memahami soal harga, pemerintah sekiranya bisa menggandeng vendor untuk menyediakan perangkat laptop dengan harga yang terjangkau dan kualitas memadai Ketika masih bertugas di Kemendikbud, Uwes mengaku pernah ada usulan one laptop one student, termasuk one teacher one laptop Hanya, ada masalah mekanisme perolehan perangkat ini dengan harga terjangkau

Selain itu, seiring penyediaan perangkat, Uwes menyarankan agar diikuti dengan ketersediaan akses internet Kemendikbudristek dapat bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika

Lemahnya akses internet ini juga dikeluhkan SMAN 1 Bintan Pesisir, Pulau Numbing, Kepulauan Riau Guru di sekolah tersebut, Nurjaman, mengaku kesulitan menyediakan akses internet yang memadai ke semua warga sekolah "Hanya guru dan ruang lab komputer saja yang dipasang internet," kata Nurjaman

Pasalnya, penggunaan laptop yang tidak dibarengi dengan koneksi internet memadai akan membuat penggunaannya tidak optimal

FRISKI RIANA

Baca: Catatan Komisi X DPR Soal Polemik Pengadaan Laptop Chromebook Kemendikbud